Salah satu tokoh Yahudi di
Indonesia adalah Benjamin Ketang. Dia adalah direktur eksekutif
Indonesia-Israel Public Affairs Committee (IIPAC). Berbeda dengan Rabbi
Yaakov Baruch yang fokus pada ibadah, Benjamin lebih fokus ke bisnis.
Targetnya, mendirikan kantor perwakilan IIPAC di 33 provinsi.
Para pemeluk
Yahudi di Manado ingin agamanya diakui sebagai agama resmi di Indonesia
dan pernikahan dengan ajaran Yahudi pun diakui secara resmi di
Indonesia. Kata Rabbi Yaakov Baruch, pemimpin ibadah Yahudi di Manado,
selama ini, jika menikah, kaum Yahudi di Indonesia “meminjam” prosesi
agama yang mereka peluk. Itu agar pernikahan mereka diakui pemerintah.
Dulu, mereka mencantumkan agama lain di
kartu tanda penduduk (KTP). Karena itu, Yaakov bersama anggota
komunitas Yahudi lainnya sedang berupaya agar Yahudi diakui sebagai
agama resmi di Indonesia. Selain itu, dia meminta agama Yahudi menjadi
salah satu pilihan kolom agama di KTP.
Mereka sudah menyewa pengacara untuk mengusahakannya, baik lewat jalur hukum formal maupun lobi-lobi. “Berkas-berkas sudah kami siapkan. Pengacara yang tahu detail teknisnya,” kata Yaakov yang juga dosen fakultas hukum ini.
Yaakov menuturkan, di masa pemerintahan
Belanda di Indonesia, agama Yahudi diakui sebagai agama resmi. Begitu
pula ketika masa pemerintahan Soekarno. Bahkan, hak penganut Yahudi sama
dengan agama lainnya seperti Islam, Kristen, dan Katolik.Yaakov lantas
menunjukkan kopi surat lawas surat Menteri Agraria yang dirilis pada
1961. Surat tersebut menyatakan mengakui bahwa kaum agama Israelit
(sebutan kaum Yahudi pada masa itu) diakui sebagai agama di Indonesia.
“Kenapa sekarang tidak” Kami memiliki hak yang sama,” kata Yaakov.
Sampai saat ini Yaakov belum mengetahui
jumlah penganut Yahudi seluruh Indonesia. Yang dia ketahui baru dua
komunitas. Yakni, di Manado dan di Surabaya. Namun, hanya komunitas
Yahudi Manado yang terbuka kepada publik. Di daerah selain Manado dan
Surabaya, bisa jadi ada karena banyak Yahudi Belanda dan Portugis yang
datang ke Indonesia.
Dengan Yahudi diakui pemerintah, Yaakov berharap para penganut Yahudi berani muncul. Mereka juga bisa beribadah dengan tenang dan dokumentasi anak keturunan mereka menjadi jelas. “Kami capek kucing-kucingan terus. Sudah saatnya agama Yahudi diakui di Indonesia,” katanya.
Yahudi Indonesia, agen Zionis, apa Yahudi beneran?
Selama ini para pemeluk agama Yahudi di Indonesia memilih beribadah secara diam-diam. Tapi, di Manado, Sulawesi Utara, mereka semakin terbuka dalam beribadah. Jumlah komunitas mereka pun mencapai ratusan orang.Di Manado dan sekitarnya, setidaknya ada dua bangunan khas Yahudi. Yakni, tempat ibadah atau yang biasa disebut sinagog dan menorah setinggi 62 kaki. Sinagog berada di Tondano, Kabupaten Minahasa, sekitar 35 kilometer dari Manado. Sedangkan menorah terletak di atas bukit Gunung Klabat di Kabupaten Minahasa Utara, sekitar 20 kilometer dari Manado.
Dengan adanya sinagog, kaum Yahudi di
Sulawesi Utara tidak perlu susah-susah untuk mencari tempat untuk
beribadah. Jumlah penganut Yahudi di Sulawesi Utara sekitar 500 orang.
Mereka tidak tinggal di kawasan tertentu atau berkumpul dalam sebuah
perumahan. Mereka tinggal terpisah dan berbaur dengan masyarakat umum
lainnya. Mereka hanya berkumpul setiap ada perayaan hari raya.Para
penganut Yahudi di Manado adalah Yahudi keturunan. Mereka mendapat darah
Yahudi ketika Belanda datang saat masa penjajahan. Namun, pada saat itu
mereka mengganti marga dan memilih agama mayoritas daerah yang
ditinggalinya. Itu agar mereka bisa berbaur dengan masyarakat setempat.
Salah satu dari mereka adalah pemimpin
spiritual Yahudi Manado, Rabbi Yaakov Baruch. Dia mendapat darah Yahudi
dari kakeknya dan nenek dari ibunya. Dengan adanya imam Yahudi di
Manado, beberapa anak keturunan Yahudi pun beralih memeluk agama Yahudi
meski sebagian besar masih bertahan dengan agama lama. “Itu pilihan.
Kita tidak bisa memaksa,” kata Yaakov.Yaakov menuturkan, keberadaan
komunitas Yahudi di Manado tidak untuk menyerukan penganut agama lain
menjadi Yahudi. Sebab, untuk menjadi kaum Yahudi tidak bisa serta merta
berpindah agama. Mereka harus memiliki darah keturunan Yahudi.
Anak keturunan Yahudi, kata Yaakov, baru
bisa menjadi penganut Yahudi jika minimal lahir dari rahim ibu Yahudi
meski ayahnya dari bangsa lain. Meski ayah Yahudi, tapi ibunya tidak,
mereka sejatinya tidak bisa. “Tapi kalau mau ketat begitu, jumlah Yahudi
di Indonesia jadi sedikit sekali. Paling cuma ada 20 orang
se-Indonesia. Saya rasa tidak harus seketat itulah,” katanya
Mula-mula Bisnis sebagai Rayuan, Lalu Melobi Indonesia mengakui Negara Israel
Salah satu tokoh Yahudi di Indonesia adalah Benjamin Ketang. Dia adalah direktur eksekutif Indonesia-Israel Public Affairs Committee (IIPAC). Berbeda dengan Rabbi Yaakov Baruch yang fokus pada ibadah, Benjamin lebih fokus ke bisnis. Targetnya, mendirikan kantor perwakilan IIPAC di 33 provinsi.
“Ini seperti lembaga lobi. Kami murni di bisnis. Terutama yang langsung bersinggungan dengan rakyat,” kata Benjamin saat ditemui di Jakarta pekan lalu.
IIPAC adalah lembaga yang didirikan pada
2002. Lembaga tersebut berkantor di Jember, Jawa Timur. Komite itu
bertujuan menggalang kerja sama antara pemerintah Israel dan Indonesia.
Selain itu, menghubungkan Indonesia dengan investor Yahudi meski bukan
dari negara Israel.Benjamin mengatakan, meski Indonesia tidak memiliki
hubungan diplomatik dengan Israel, kerja sama tetap bisa dilakukan.
Memang, kerja sama tersebut bukan G to G alias antar pemerintah. Tetapi,
antara investor dan pengusaha atau pemerintah daerah setempat.
IIPAC, lanjut Benjamin, merancang
program-program yang langsung bersentuhan dengan rakyat. Di antaranya,
pemberdayaan petani, nelayan, dan bidang perkebunan. “Ini bukan
menyebarkan agama Yahudi atau politik Yahudi. Ini semata untuk bisnis,”
tuturnya.Selama ini, kata Benjamin, petani dan nelayan tidak pernah
sejahtera. Setiap kali masa panen tiba, harganya jatuh. Akibatnya,
mereka sering merugi. “Ini kan persoalan modal. Kami coba menghubungkan
kebutuhan rakyat dengan pemodal Yahudi,” ungkapnya.
Lelaki yang menghabiskan dua tahun
belajar S-2 peradaban Yahudi di Universitas Hebrew, Jerusalem, Israel,
itu optimistis program tersebut bisa sukses. Sebab, manfaat program
langsung dirasakan masyarakat. Apalagi dia mengklaim telah mendapat
dukungan dari stakeholder. Lembaga itu juga merupakan organisasi resmi
yang sudah mengantongi akta notaris.Benjamin menambahkan, investasi
bangsa Yahudi di Indonesia bukan barang baru. Sebelumnya, perusahaan
Yahudi menanamkan duitnya pada perusahaan pertambangan di Indonesia.
Termasuk di PT Bakrie and Brothers, perusahaan milik taipan Indonesia
Aburizal Bakrie.
Lelaki 38 tahun itu mengatakan,
investasi di Indonesia masih cukup sulit bagi bangsa Yahudi. Alasannya,
Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Padahal,
banyak pengusaha Israel yang ingin berinvestasi. Dengan membuka hubungan
diplomatik, dia yakin akan ada banyak keuntungan bagi Indonesia. Mulai
posisi politik Indonesia di antara negara-negara dunia hingga akses
terhadap beasiswa pendidikan di Israel.“Posisi Indonesia dengan Israel
selalu sulit. Warga Indonesia tidak bisa tinggal lama di Israel. Bahkan,
belajar di sana saja susah. Prosedur berbelit. Kalau punya hubungan
diplomatik, Indonesia akan dianggap kawan. Negara seperti Amerika tidak
akan berani intervensi,” katanya.
Israel tidak akan pernah menyerah dengan
negara-negara yang belum mengakui negara Israel, kalau hubungan
diplomatik gagal, biasanya dengan tawaran-tawaran bisnis, seperti
teknologi pertanian, dan ujung-ujungnya setelah cukup dominan menguasai
sumber daya negara setempat, Israel akan menguras kekayaan negara
tersebut, contoh nyata adalah menguras gas Mesir dan Turki. (Jawa
Pos/JPPN.com/VOP).*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar